Encona Engineering adalah perusahaan konsultansi engineering/rekayasa yang berdiri sejak tahun 1970. Merupakan pelopor dalam bidang rekayasa antardisiplin dalam pendekatannya terhadap proyek. Dimana pada masa itu (bahkan mungkin hingga saat ini), perencanaan proyek yang sifatnya multidisiplin dan antardisiplin ilmu belum banyak dikenal di Indonesia. Sehingga masih umum ditemui bahwa perencanaan proyek banyak melewatkan satu atau beberapa aspek kritis yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek (project completion).
"Contoh kasus nyata yang terjadi beberapa tahun lalu, sebuah proyek konstruksi lepas pantai mega dengan nilai di atas satu triliun rupiah masih didesain dengan menggunakan komponen baut/mur yang sudah tidak diproduksi sejak tiga puluh tahun lalu. Hal ini tentu menjadi kritis pada tahapan konstruksi dan instalasi, sehingga harus diadakan desain ulang untuk beberapa bagian dalam proyek. Hal ini tentu mengakibatkan bengkaknya biaya proyek dan mundurnya waktu penyelesaian."Pembangunan proyek adalah kegiatan rumit, baik dari segi kompleksitas teknis dan teknologi, pencairan dana, limitasi waktu pelaksanaan dan lain sebagainya, sehingga resiko kegagalan selalu ada. Pengalaman di dunia nyata menunjukkan seringnya terjadi pengkotakan disiplin-disiplin ilmu dan pengetahuan dalam pengerjaan dan perencanaan proyek yang menyulitkan komunikasi interaktif antar para pelaku yang memiliki latar belakang disiplin ilmu pengetahuan dan kepentingan variatif. Empat ilustrasi sederhana di bawah menunjukkan pendekatan terhadap proyek (perencanaan wilayah, pabrik, dan lain sebagainya) dari yang tradisional hingga modern.
Sketsa sebuah pabrik yang berdiri diatas tapak (halaman) yang dibatasi pagar keliling. Secara tradisional tanggung jawab pengelolaan (management) pembangunan “Proyek” pabrik ini hanya DILIHAT sebatas pembangunan pabrik dan semua unsur penunjangnya yang terdapat pada tapak (pagar, taman, jalan, tempat parkir, alat-alat listrik, telpon, pompa, pipa drainasi dll.). Demikian pula perencanaan teknisnya (engineering).
Menunjukkan tanggung jawab pembangunan pada zaman modern menjadi lebih luas, karena selain memperhatikan kualitas detil spesifik proyek, juga harus memperhitungkan dan MELIHAT berbagai faktor. Termasuk lingkungan hidup dan Rencana Tata Ruang Wilayah dengan wawasan pembangunan yang berkesinambungan (sustainable development). Pembangunan Pabrik akan memberi dampak pada lingkungan dan masyarakat sekitar, serta sebaliknya. lingkungan diluar dan sekitar pabrik akan mempengaruhi rencana dan proses pembangunan pabrik.
Seluruh kegiatan membangun proyek (pabrik, perumahan, jalan raya dsb) dalam sebuah masyarakat disebut kegiatan dalam ”industri konstruksi”. (Catatan ketiga sketsa yang mengandung gambar ”mata burung” (bird’s eye) yang memperlihatkan luasnya jangkauan tanggung jawab perencana dan pemilik proyek). Dalam tingkatan yang lebih tinggi, seorang Kepala Daerah atau Pejabat Negara harus mampu “melihat/oversee” seluruh kumpulan proyek yang berada dalam wilayah atau ruang lingkup tanggung jawabnya.
Memperlihatkan bahwa dalam manajemen proyek saat ini, perkembangan pengetahuan dan tantangan dunia mengenai efek pemanasan global (global warming), energy bersih (clean energy) dan lainnya, menjadi restriksi-restriksi penting dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan proyek. COP 21 di Paris tahun 2015, menetapkan komitmen 195 kepala negara di dunia untuk menjaga kenaikan temperatur dunia di bawah 2 derajat Celcius. Otomatis hal tsb menjadi salah satu kriteria penting pelaksanaan dan pemantauan progress proyek.
Peranan dan sudut pandang MATA dalam tahapan perencanaan dan pengerjaan proyek
Dengan pendekatan antardisiplin terhadap proyek sebagaimana telah dijelaskan di atas, terlihat pentingnya sudut pandang mata “bird’s eye view” yang meninjau setiap tahapan proyek dari mulai studi kelayakan (feasibility study), desain dan rekayasa (design engineering), pengadaan (procurement), konstruksi (construction), operasi (operation), dan dampak terhadap lingkungan sekitar (Bio-Enviro-Economic Impact). Pemilik dan perencana proyek harus mengatur, mengawasi dan bertanggungjawab terhadap seluruh tahapan proyeknya.
Berkembang pesatnya industri dan teknologi penginderaan jauh berbasis MATA (Mesin Angkasa Tanpa Awak)-yang sering kali disebut sebagai drone atau UAV (Unmanned Aircraft Vehicle)- yang akurat serta dan lebih praktis, memungkinkan perencanaan dan manajemen proyek yang lebih matang dan tepat sasaran. Hasil foto udara dengan resolusi tinggi dan metoda photogrammetry presisi (serta LIDAR) menjadi alat yang bermanfaat dan powerful untuk meninjau serta mengevaluasi proyek pada seluruh tahapannya. Salah satu pelopor dalam bidang penerapan teknologi MATA pada penelitian lapangan untuk bidang ekologi dan konservasi adalah Irendra Radjawali. Irendra Radjawali adalah lulusan S1 teknik sipil dari ITB, program magister ITB untuk Perencanaan Kota, program magister Universitas Sorbonne, Perancis- dalam bidang Geografi, serta program doktoral untuk bidang Geografi dari universitas Bonn, Jerman. Ia meneliti, mengembangkan dan berhasil mendemonstrasikan (Research, Development and Demonstration) teknologi pemetaan presisi dengan teknologi MATA dalam riset lapangannya di Kalimantan Tengah. Dalam penelitian lapangannya, Irendra, bersama dengan penduduk desa setempat, memetakan wilayah adat. Irendra bersama masyarakat dengan metodologi ilmiah dan teknologi MATA, mampu menyelesaikan masalah tumpang tindih lahan antara lahan adat dan perkebunan sawit. Teknologi yang relatif murah dan cukup presisi ini terbukti mampu menjadi data kunci yang memenangkan tuntutan masyarakat adat dalam mempertahankan batas wilayah mereka, hingga ke mahkamah konstitusi. Bukan hanya berhenti di situ, kajian dan hasil riset Tim Irendra dianggap signifikan dan ditampilkan dalam COP 21 (Conference of the Parties) di Paris akhir tahun 2015, mengenai langkah dunia dalam mengambil langkah nyata untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Karena dianggap krusial, konferensi ini dihadiri oleh banyak kepala negara di dunia. Interaksi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat (science, technology, society) ini sudah menjadi kajian yang cukup dikenal di negara-negara maju. Interaksi positif ketiga aspek ini yang dipercaya sebagai basis terbentuknya kultur dan tatanan masyarakat yang lebih maju dan makmur. Dalam skala yang lebih luas dan tingakatan yang lebih tinggi, bersinerginya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebijakan (science, technology, policy) memungkinkan pembangunan cepat sebuah negara yang berpenduduk lebih dari 1 miliar dalam waktu kurang lebih satu generasi saja.
Encona Interdisciplinary, Innovation and Data Driven Approach, (EIDARA) – MATA
EIDARA-MATA merupakan filosofi kerjasama antara Encona Engineering dengan Irendra Radjawali melalui MATADATA nya. Kedua pihak sepakat untuk bersinergi dalam pengembangan dan aplikasi teknologi MATA dalam kaitannya dengan berbagai industri, utamanya adalah industri konstruksi infrastruktur dalam wawasan luas pengembangan wilayah. Teknologi MATA juga telah menjadi bagian dalam berbagai industri, antara lain militer, pertahanan, maritim, pertanian dan promosi budaya. Yang mana masing-masing dianggap sebagai sektor strategis serta prioritas dalam kedaulatan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Salah satu agenda pemerintahan Indonesia saat ini adalah pengembangan wilayah di perbatasan dan pedesaan. Yang secara teknis dan logistik memberikan tantangan bagi para pemilik, perencana dan pelaksana proyek di daerah-daerah yang umumnya minim akses tersebut. Selain faktor kesampaian dan geografi, keadaan sosio-ekologi setempat, kekayaan alam unik, dan sumberdaya-resiko-mitigasi geologi menjadi sekian dari banyak parameter input dan restriksi dalam perencanaan serta pelaksanaan pembangunan di daerah perbatasan dan desa-desa terpencil. Pengalaman Encona Engineering dalam merencanakan dan membangun proyek dengan pendekatan antardisiplin dipadukan dengan Teknologi MATA dalam pemetaan dan pengawasan akan memberikan nilai lebih untuk para pemangku kepentingan. Bukan sekedar memotret dengan drone, tapi pendekatan ilmiah, pengalaman dalam bidang engineering antardisiplin, serta pemahaman akan pentingnya aspek keterlibatan masyarakat dan interaksi pembangunan dengan lingkungannya lah yang menjadi dasar filosofi kerjasama ini.Keywords : Encona Engineering Infrastructure Infrastruktur Rekayasa Innovation Data Driven Nawacita Indonesia Timur Sustainable Development Drone UAV Pemetaan Mapping Land Grabbing Project Management Manajemen Proyek Antardisiplin Interdisciplinary Science Technology Society Science Technology Policy RTRWK Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Urban Planning Rural Planning Multidiscipline Multidisiplin COP 21